Kamis, 06 Desember 2012

Life Skill



PENDAHULUAN

1.            LATAR BELAKANG

Remaja adalah generasi masa depan bangsa yang akan sangat menentukan hitam putihnya  bangsa di kemudian hari. Hal ini dapat dipahami karena para remaja selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta jiwa atau 19,64% dari total penduduk), remaja termasuk dalam kategori usia produktif yang apabila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya akan menjadi modal pembangunan penerima tanggung jawab guna mengembangkan bangsa di kemudian hari, sudah selayaknya yang tidak ternilai harganya, mengingat mereka adalah generasi terdidik yang memiliki semangat kerja dan idealisme yang tinggi.

Remaja perlu dibekali keterampilan hidup (life skills) untuk bisa menghadapi problem dan menjalani masa depan yang lebih baik, baik itu dari segi materi (pengetahuan), intelektual (daya pikir, moral dan penalaran) serta bentuk fasilitas (sarana dan prasarana). Sehingga diharapkan dapat merubah pandangan hidup melalui penguasaan teknologi (informasi dan keilmuan) serta perilaku positif melalui komunikasi dan peningkatan ilmu pengetahuan. Dan hal ini juga perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, melalui program yang ada.

Harapan yang ada terkait pemberian pengetahuan ataupun pelatihan tentang keterampilan hidup (life skills) menjadi bentuk agar remaja bisa lebih survive untuk menjalani masa yang akan datang, selain itu meberikan dampak positif  bagi remaja itu sendiri karena mempunyai nilai jual lebih dan dapat bersaing dalam dunia kerja. Dapat disimpulkan bahwa setiap remaja wajib mempunyai keterampilan keterampilan hidup (life skills) untuk dapat menhadapi tantangan dalam masa yang akan datang sebagai wujud dari dharma bakti untuk masyarakat dan Negara Indonesia secara keseluruhan.



1.            PEMBAHASAN

Istilah Kecakapan Hidup (life skills) diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi masalah hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2003).

Brolin (1989) menjelaskan bahwa, “Life skills constitute a continuum of knowledge and aptitude that are necessary for a person to function effectively and to avoid interruptions of employment experience”. Dengan demikian life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup. Istilah hidup, tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun kita harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti : membaca, menulis, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar di tempat kerja, mempergunakan teknologi (Satori, 2002).

Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) lebih luas dari sekedar keterampilan bekerja, apalagi sekedar keterampilan manual. Pendidikan kecakapan hidup merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan warga belajar agar memiliki keberanian dan kemauan menghadapi masalah hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya.

Indikator yang terkandung dalam Life Skills tersebut secara konseptual dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
1)             Kecakapan mengenal diri Life Skills (self awareness) atau sering juga disebut kemampuan personal (personal skills)
2)             Kecakapan berfikir rasional (thinking skills) atau kecakapan akademik (akademik skills)
3)             Kecakapan social (social skills)
4)             Kecakapan vokasional (vocational skills) atau keterampilan kejuruan, artinya keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu  dan bersifat spesifik (spesifik skills) atau keterampilan teknis (technical skills)
Menurut Jecques Delor mengatakan bahwa pada dasarnya program life skills ini berpegang pada empat pilar pembelajaran yaitu sebagai berikut:
·                Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan).
·                Learning to do (belajar untuk dapat berbuat/bekerja).
·                Learning to be (belajar untuk menjadi orang yang berguna).
·                Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain).

Berdasarkan data BPS Agustus 2009 jumlah penganggur terbuka tercatat sebanyak 8,96 juta orang (7,87%) dari total angkatan kerja sekitar 113,83 juta orang, dari jumlah 8,96 juta orang tersebut, sebagian besar penganggur berada di perdesaan. Ini artinya beban perdesaan menjadi penyanggah jumlah terbesar angkatan kerja, dengan daya dukung kwalifikasi SDM yang rendah.
Mengacu data BPS Februari 2009 apabila dilihat dari latar belakang pendidikan para penganggur menunjukkan :
·                SD ke bawah                    : 27,09 %
·                SMP                                 : 22,62 %
·                SMA                                : 25,29 %
·                SMK                                : 15,37 %
·                Diploma dan Sarjana        : 9,63 %

Suatu jumlah yang fantantis dan sangat memprihatinkan, dan apabila ditelusuri lebih jauh, dilihat dari sumber penyebab tidak tertampungnya dalam dunia kerja, dikarenakan banyak hal yang mempengaruhi, diantaranya adalah :
·                Keterbatasan daya tampung lapangan kerja,
·                Keterbatasan SDM tidak memenuhi tuntutan kwalifikasi kerja, dengan peluang dan kesempatan yang ada.
·                Jumlah angkatan kerja putus sekolah atau tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya tidak terserap dalam dunia kerja
·                Berusaha mandiri karena tidak memiliki ketrampilan yang memadai
·                Terjadinya pemutusan hubungan kerja karena pengaruh globalisasi
·                Dan banyak faktor lainnya.

Bertolak dari kenyataan tersebut, dari berbagai sisi diperlukan alternatif pemecahan yang menyeluruh, dengan berbagai pendekatan, Pemerintah memiliki kewajiban untuk menyediakan lapangan kerja tidak dapat sendiri untuk menuntaskan persoalan tersebut, melibatkan banyak pihak menjadi pendekatan yang harus dipilih, problema angkatan kerja bukan tanggung jawab pemerintah sendiri, melainkan pihak dunia usaha menjadi bagian yang perlu dilibatkan agar memiliki peran dalam mengatasi pengangguran ini.

Pengangguran yang terjadi juga karena mereka tidak memiliki life skill dalam mengaplikasikan pengetahuannya ketika bekerja. Memang ini problema yang terjadi di dunia pendidikan kita saat ini. Peserta didik lebih dituntut untuk mendapat nilai yang tinggi dari pada proses yang baik. Perhatian terhadap proses kurang begitu ditekankan, hasil akhirlah yang dijadikan tolok ukur. Menurut saya ini menjadi hal yang begitu menyedihkan, karena stigma masyarakat secara umum ketika ingin mendapatkan nilai yang baik mereka berusaha memperolehnya dengan berbagai cara. Peserta didikpun cenderung hanya berusaha menghafal dan menggunakan pengetahuannya saat itu juga kemudian lupa atau sengaja dilupakan setelah mereka memperoleh nilai yang diharapkan.
Ada beberapa jenis kecakapan hidup, antara lain : 
A.           Kecakapan Hidup Generik yang terdiri dari:
·           Kesadaran Diri
·           Kecakapan Berpikir
·           Kecakapan Komunikasi
·           Kecakapan Berkerjasama
·      
B.            Kecakapan Hidup Spesifik
·           Kecakapan akademik
·           Kecakapan vokasional



Ketrampilan/kecakapan Hidup atau Life Skills  akan lebih bermakna bila remaja juga dibekali dan diberi pemahaman  dalam penghayatan tentang  nilai-nilai  moral dalam kehidupan, diantaranya: beriman, ulet, percaya diri dan bertanggung jawab.

Nilai moral yang berasal dari kata  ” Mores ”  atau ” Moralis” yang mempunyai arti kelakuan, tabiat, watak, akhlak dan juga  cara hidup ( E.Y Kanter, 2001),  yang biasanya berhubungan dengan perbuatan, sikap, tingkah laku yang bersifat kebaikan-kebaikan. Hal tersebut tentu dapat terbentuk melalui bimbingan dan peneladanan–peneladanan dari orang tua dan keluarganya, karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang terdekat dan terbaik bagi remaja.

Nilai – nilai  moral dalam kehidupan ini bukan hanya untuk difahami semata, namun yang terpenting adalah implementasinya dalam kehidupan mereka. Untuk memberikan peneladanan kepada remaja tentu orang tua harus memilki nilai moral itu sendiri, berikutnya baru bisa  memberikan bimbingan kepada para remaja.

Intinya adalah;  bahwa nilai moral dan life skill itu merupakan fondasi yang harus dimiliki oleh para remaja. dan yang penting dilakukan  orang tua harus dapat  memberikan peneladanan kepada mereka. ( Art, S)

Kecakapan hidup spesifik biasanya terkait dengan bidang pekerjaan (occupational), atau bidang kejuruan (vocational) yang ditekuni atau akan dimasuki. Kecakapan hidup seperti itu kadang-kadang juga disebut dengan kompetensi teknis (technical competencies) dan itu sangat bervariasi, tergantung kepada bidang kejuruan dan pekerjaan yang akan ditekuni. Namun demikian masih ada, kecakapan yang bersifat umum, yaitu bersikap dan berlaku produktif (to be a productive people). Artinya, apapun bidang kejuruan atau pekerjaan yang dipelajari, bersikap dan berperilaku produktif harus dikembangkan.






2.            KESIMPULAN

Kesimpulan yang saya dapatkan dari uraian diatas adalah betapa pentingnya kecakapan hidup (life skills) guna membangun kemandirian masa depan yang mampu bersaing tidak hanya sebagai subyek begitu saja melainkan sebagai subyek yang bisa menjadi inovator dan motivator.  Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.

Secara khusus pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan untuk:
·                mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi;
·                merancang pendidikan agar fungsional bagi kehidupan peserta didik dalam menghadapi kehidupannya di masa datang;
·                memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan;
·                mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah



3.             REFERENSI

·                http://pkbmpls.wordpress.com
http://www.pnpm-perdesaan.or.id/downloads/Bacaan%20Life%20Skill.pdf